
Selain itu, letusan dengan kolom abu setinggi 500 meter hingga 800 meter juga terjadi.
Data juga mencatat adanya 43 kali gempa erupsi, 987 kali gempa embusan, 388 kali gempa harmonik, 59 kali gempa frekuensi rendah, 17 kali gempa vulkanik dangkal, dan 267 kali gempa vulkanik dalam.
Erupsi besar terbaru terjadi pada 3 November 2024, dengan material piroklastik seperti batuan pijar, debu, dan pasir beterbangan hingga merusak puluhan rumah di sekitar.
Hingga April 2025, Gunung Lewotobi tercatat telah meletus sebanyak 383 kali sepanjang tahun, menunjukkan aktivitas vulkanik yang sangat tinggi.
3. Erupsi Eksplosif Berpotensi Bahaya
Menurut Badan Geologi, Gunung Lewotobi Laki-laki memiliki potensi erupsi eksplosif yang sangat berbahaya.
Erupsi pada November 2024 menghasilkan kolom abu setinggi 3.000 hingga 5.000 meter di atas puncak kawah, disertai suara gemuruh yang terdengar hingga jarak jauh.
Erupsi ini juga memicu aliran piroklastik yang dapat membahayakan keselamatan warga di radius 4-7 kilometer dari puncak. Oleh karena itu, status gunung ini dinaikkan menjadi Awas (Level IV) pada 2024.
4. Dampak Erupsi terhadap Masyarakat
Erupsi Gunung Lewotobi pada 3 November 2024 berdampak besar terhadap 2.734 kartu keluarga atau sekitar 10.295 jiwa di tujuh desa di Kecamatan Wulanggitang dan Ile Bura.
Banyak rumah rusak akibat hujan abu dan material vulkanik, memaksa ribuan warga mengungsi.
Selain itu, erupsi juga mengganggu penerbangan karena abu vulkanik yang menyebar luas sehingga Badan Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi mengeluarkan peringatan tertinggi untuk penerbangan.
BACA JUGA:KA Parahyangan Kembali Beroperasi! Cek Jadwal Lengkap & Harga Tiketnya di Sini
5. Karakteristik Unik Erupsi
Gunung Lewotobi dikenal dengan erupsi kecil yang berulang sebelum meledak secara eksplosif.
Erupsi kecil ini sering kali menjadi pertanda aktivitas magma yang meningkat di dalam kawah.