
“Ada enggak jaminan selama dibina di barak ini mereka tidak diintimidasi, tidak dibentak, tidak dimarahi?” tanya Adhel.
BACA JUGA:Rumor Grab Ingin Akuisisi Gojek, GoTo Buka Suara dan Ungkap Ada Tawaran
Ia juga merujuk pada pemberitaan yang beredar di media mengenai kegiatan siswa di barak militer.
Disebutkan bahwa para siswa tersebut dibangunkan pada pukul 04.00 pagi, tidur pukul 22.00 malam, mengenakan seragam militer, menjalani pelatihan baris-berbaris, serta harus mencukur habis rambut mereka.
“Ini jelas bukan pendekatan yang sehat dalam mendidik anak-anak. Ini justru traumatis,” ujarnya.
Tak hanya itu, Adhel juga menyoroti tidak adanya dasar hukum yang membenarkan keterlibatan institusi militer dalam mengatasi kenakalan remaja.
BACA JUGA:Toyota Kijang Super 2025: Comeback Sang Legenda, Kini Makin Canggih dan Kekinian!
“Enggak ada satu pun payung hukum yang membolehkan militer ikut andil menyelesaikan permasalahan kenakalan remaja. Itu enggak ada satupun pasalnya,” tegasnya.
Karena itulah, ia menduga kuat bahwa Dedi Mulyadi telah melakukan penyalahgunaan wewenang.
“Dilihat dari sini, kami menduga Dedi Mulyadi ini sudah melakukan penyalahgunaan wewenang, dan kami berharap Komnas HAM segera menindaklanjuti laporan ini,” tambahnya.
Di sisi lain, kebijakan ini juga mengundang berbagai reaksi di media sosial.
BACA JUGA:Heboh! Uji Coba Vaksin TBC Bill Gates di Indonesia, Ini Alasannya...
BACA JUGA:Toyota Agya 2025 Rajai Segmen LCGC: Interior Mewah dan BBM Super Irit
Sebagian besar netizen menganggap keputusan Dedi Mulyadi terlalu ekstrem dan tidak manusiawi.