bacakoran.co - saat kelulusan biasanya identik dengan perayaan dan kebahagiaan, tapi tidak dengan momen lulusan barak militer ini.
para remaja yang baru saja menyelesaikan pendidikan mereka di justru menangis saat tiba waktunya untuk kembali ke rumah.
apa yang membuat mereka enggan pulang?
apakah ada pengalaman luar biasa yang mereka alami selama masa pelatihan?
ataukah mereka menemukan ikatan persaudaraan yang begitu erat hingga sulit melepaskan diri?
fenomena ini menarik perhatian banyak orang dan menimbulkan berbagai spekulasi.
bagi sebagian orang, adalah ujian kedisiplinan dan mental yang berat, namun bagi lulusan ini, barak militer mungkin sudah menjadi rumah kedua.
lantas, bagaimana kisah mereka sebenarnya?
simak selengkapnya disini!
transformasi emosional di barak militer
barak militer bukan hanya tempat latihan fisik, tetapi juga arena pembentukan karakter yang mendalam.
baru-baru ini, fenomena unik terjadi ketika remaja lulusan program pendidikan militer menangis dan enggan pulang setelah menyelesaikan pelatihan.
apa yang sebenarnya terjadi?
pendidikan militer: lebih dari sekadar disiplin
program pembinaan karakter dan bela negara yang diadakan di depok bertujuan untuk membentuk kedisiplinan dan mental para peserta.
namun, hasilnya lebih dari sekadar perubahan perilaku.
banyak peserta merasa betah dan nyaman di lingkungan barak militer, bahkan menganggapnya sebagai rumah kedua mereka.
menurut gubernur jawa barat, "para peserta menangis bukan karena pengalaman buruk, tetapi karena mereka telah menemukan rasa kebersamaan dan kedisiplinan yang sulit didapatkan di luar barak" ujar dedi mulyadi.
perubahan positif yang terjadi
salah satu peserta mengungkapkan bahwa "ia mengalami perubahan besar selama berada di barak militer. ia menjadi lebih disiplin, termasuk dalam menjalankan shalat lima waktu secara teratur" ujar radika.
hal ini menunjukkan bahwa program ini tidak hanya membentuk fisik, tetapi juga mental dan spiritual para peserta.
selain itu, banyak orang tua yang mengaku terkejut dengan perubahan sikap anak-anak mereka setelah mengikuti program ini.
mereka menjadi lebih bertanggung jawab, disiplin, dan memiliki semangat baru dalam menjalani kehidupan.
tantangan dan kritik
meskipun program ini mendapat banyak respons positif, ada pula kekhawatiran dari beberapa pihak, termasuk komisi perlindungan anak indonesia (kpai).
mereka mengingatkan bahwa ada potensi trauma akibat stigma negatif dari lingkungan sekitar.
menurut fiskalia kartika dini, seorang psikolog dari pusat pelayanan terpadu pemberdayaan perempuan dan anak (p2tp2a), trauma bisa muncul jika peserta dianggap bermasalah oleh masyarakat.
oleh karena itu, penting bagi pemerintah untuk memberikan pendampingan psikologis bagi para lulusan program ini.
fenomena remaja yang menangis dan enggan pulang setelah lulus dari barak militer menunjukkan bahwa program pendidikan karakter ini memiliki dampak yang mendalam.
mereka tidak hanya mendapatkan pelatihan fisik, tetapi juga pengalaman emosional dan sosial yang berharga.
namun, agar program ini benar-benar memberikan manfaat jangka panjang, perlu ada pendampingan psikologis dan sosial bagi para peserta setelah mereka kembali ke lingkungan asal mereka.
dengan demikian, mereka dapat menerapkan nilai-nilai positif yang telah mereka pelajari tanpa mengalami tekanan sosial.