Menolak Pulang! Remaja Lulusan Barak Militer Menangis, Apa yang Terjadi?

Program pendidikan karakter dan bela negara ini meninggalkan kesan mendalam bagi para peserta. Mereka merasa nyaman, bahkan enggan kembali ke rumah setelah mengalami perubahan besar dalam disiplin dan kebiasaan sehari-hari.--Ig-adainfo.official
Mereka menjadi lebih bertanggung jawab, disiplin, dan memiliki semangat baru dalam menjalani kehidupan.
Tantangan dan Kritik
Meskipun program ini mendapat banyak respons positif, ada pula kekhawatiran dari beberapa pihak, termasuk Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI).
Mereka mengingatkan bahwa ada potensi trauma akibat stigma negatif dari lingkungan sekitar.
Menurut Fiskalia Kartika Dini, seorang psikolog dari Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A), trauma bisa muncul jika peserta dianggap bermasalah oleh masyarakat.
Oleh karena itu, penting bagi pemerintah untuk memberikan pendampingan psikologis bagi para lulusan program ini.
BACA JUGA:Suporter Persikas Bertemu Dedi Mulyadi dan Minta Maaf Usai Viral Kena Semprot: Saking Cintanya Pak
BACA JUGA:Dedi Mulyadi Sampaikan Duka pada Tragedi Tambang Kapur Longsor, 5 Pekerja Tewas
Fenomena remaja yang menangis dan enggan pulang setelah lulus dari barak militer menunjukkan bahwa program pendidikan karakter ini memiliki dampak yang mendalam.
Mereka tidak hanya mendapatkan pelatihan fisik, tetapi juga pengalaman emosional dan sosial yang berharga.
Namun, agar program ini benar-benar memberikan manfaat jangka panjang, perlu ada pendampingan psikologis dan sosial bagi para peserta setelah mereka kembali ke lingkungan asal mereka.
Dengan demikian, mereka dapat menerapkan nilai-nilai positif yang telah mereka pelajari tanpa mengalami tekanan sosial.