bacakoran.co

UPDATE Tragedi Ledakan Amunisi di Garut, 25 Anggota dan 21 Warga Diperiksa TNI, Apa Hasilnya?

TNI melakukan investigasi intensif tragedi ledakan saat pemusnahan amunisi kedaluwarsa di Garut dengan memeriksa 46 saksi, yakni 25 anggota dan 21 warga sipil.--istimewa

“Mereka mencari tembaga dan besi dari serpihan munisi karena punya nilai jual,” jelas Kristomei.

Fakta-Fakta Mulai Terkuak

BACA JUGA:Misteri Ledakan Pemusnahan Amunisi Kadarluarsa di Garut: 13 Tewas, Apa Penyebabnya?

BACA JUGA:Kronologi Ledakan Amunisi yang Dimusnahkan di Garut, 13 Orang Tewas, Ada Sipil!

Tim investigasi TNI saat ini sedang mencocokkan kesaksian dengan temuan di lapangan.

Wahyu menekankan jika beberapa unsur teknis perlu diuji lebih lanjut, sehingga publik diminta bersabar menunggu hasil final.

“Proses ini tidak bisa instan. Kami minta doa dan ruang untuk tim bekerja secara objektif,” ujarnya.

Sementara itu, tuduhan jika warga "memulung" sisa amunisi langsung dibantah oleh salah seorang saksi sekaligus keluarga korban ledakan amunisi.

BACA JUGA:Kronologi Lengkap dan Penjelasan Resmi TNI AD Insiden Truk Amunisi Terbakar dan Meldak di Tol Gempol

BACA JUGA:Persiapan Lawan Iran? AS Tingkatkan Pasokan Senjata ke Israel, Kirim 3000 Amunisi Washington!

Adalah Agus Setiawan, warga Kampung Cimerak, Kecamatan Cibalong, yang angkat suara setelah kehilangan adiknya, Rustiawan, dalam insiden ledakan amunisi tidak layak pakai milik TNI pada Senin (12/5/2025).

Agus menegaskan jika mereka bukanlah pemulung, melainkan pekerja harian yang dibayar Rp150 ribu per hari.

"(Buka) peluru kecil, selongsong, upah harian Rp150 ribu," terang Agus seperti dilansir dari CNNIndonesia.com.

UPDATE Tragedi Ledakan Amunisi di Garut, 25 Anggota dan 21 Warga Diperiksa TNI, Apa Hasilnya?

Ramadhan Evrin

Ramadhan Evrin


bacakoran.co - tragedi memilukan di garut yang menewaskan 13 orang akibat ledakan masih menyisakan tanda tanya besar.

perkembangan terbaru, telah memeriksa 46 saksi dalam proses investigasi, yang terdiri dari 25 personel militer dan 21 warga sipil.

lantas apa yang sebenarnya terjadi dan siapa sebenarnya yang bertanggung jawab?

kepala dinas penerangan tni angkatan darat, brigjen tni wahyu yudhayana memastikan jika proses investigasi masih berjalan intensif.

pemeriksaan ini dilakukan untuk mengurai kronologi penuh sebelum dan sesudah ledakan dahsyat itu terjadi.

“kami telusuri secara menyeluruh, kenapa bisa ada warga sipil di lokasi pemusnahan amunisi?” tegas wahyu, kamis (15/5/2025).

warga sipil di lokasi peledakan, kok bisa?

salah satu fokus utama penyelidikan adalah keberadaan warga sipil di tengah lokasi pemusnahan amunisi, yang semestinya steril.

sebelumnya, kepala pusat penerangan tni mayor jenderal kristomei sianturi menyebut warga mendekat untuk mengais serpihan logam sisa ledakan.

menurutnya, ini sebuah kebiasaan didorong oleh alasan ekonomi.

“mereka mencari tembaga dan besi dari serpihan munisi karena punya nilai jual,” jelas kristomei.

fakta-fakta mulai terkuak

tim investigasi tni saat ini sedang mencocokkan kesaksian dengan temuan di lapangan.

wahyu menekankan jika beberapa unsur teknis perlu diuji lebih lanjut, sehingga publik diminta bersabar menunggu hasil final.

“proses ini tidak bisa instan. kami minta doa dan ruang untuk tim bekerja secara objektif,” ujarnya.

sementara itu, tuduhan jika warga "memulung" sisa amunisi langsung dibantah oleh salah seorang saksi sekaligus keluarga korban ledakan amunisi.

adalah agus setiawan, warga kampung cimerak, kecamatan cibalong, yang angkat suara setelah kehilangan adiknya, rustiawan, dalam insiden ledakan amunisi tidak layak pakai milik tni pada senin (12/5/2025).

agus menegaskan jika mereka bukanlah pemulung, melainkan pekerja harian yang dibayar rp150 ribu per hari.

"(buka) peluru kecil, selongsong, upah harian rp150 ribu," terang agus seperti dilansir dari cnnindonesia.com.

Tag
Share