
Ini menunjukkan bahwa institusi tidak main-main dalam menyikapi kasus yang sangat serius ini.
Yudi juga menegaskan bahwa Unpad dan RSHS akan terus mengawal proses hukum terhadap pelaku hingga tuntas.
"Kami berkomitmen mengawal proses ini dengan tegas, adil, dan transparan. Kami ingin memastikan bahwa keadilan ditegakkan untuk korban dan keluarganya, serta menciptakan lingkungan yang aman bagi semua pihak," tegasnya.
Dunia kedokteran kembali mengguncang jagat maya dengan kasus baru yang mengundang kemarahan publik lantaran dokter anestesi diduga melakukan tindakan asusila terhadap penunggu pasien.
Informasi ini beredar di media sosial ketika salah satu akun X @txtdarijaspu*** mengunggah foto tangkapan layar sepotong chat dari seseorang yang melaporkan kejadian pemerkosaan di sebuah rumah sakit.
"Assalamualaikum dok, izin saya mendapat informasi bahwa ada 2 residen anestesi PPDS FK ***** melakukan pemerkosaan kepada penunggu pasien dengan menggunakan obat bius. (Terdapat bukti CCTV lengkap) keluarga pasien menuntut secara hukum kepada 2 residen dan ***," ungkap chat yang berada di lampiran tangkapan layar itu.
"Ini beneran? Ada yang punya info detailnya?" tulis akun X @txtdarijaspu***.
BACA JUGA:Waduh! Arab Saudi Tangguhkan Visa 14 Negara Jelang Haji, Indonesia Juga Kena! Apa Alasannya?
BACA JUGA:Muncul Kembali, Warganet Kaget dan Soroti Perubahan Lisa Mariana: Ih Kok Beda?
Kemudian, kasus ini juga semakin meluas melalui Instagram oleh akun @ppdsgramm yang menyebutkan bahwa hanya ada satu residen yang menjadi pelaku pemerkosaan tersebut.
Akun tersebut juga membagikan gambar berupa tangkapan layar potongan chat dari seseorang anonim yang menceritakan kronologi terjadinya peristiwa asusila itu.
"Buat yang pengen tau kronologinya," tulis akun @ppdsgramm dalam unggahannya.
Dalam unggahan Instagram @ppdsgramm, sang anonim bercerita bahwa ada seorang bapak yang merupakan pasien di sebuah rumah sakit di rawat di ICU dan ditunggu oleh puterinya.
Pasien itu memerlukan tambahan darah lantaran pre operasi, maka dari itu sang anak ditawarkan untuk cross match oleh pelaku agar proses penambahan darah bisa dilakukan secepatnya.