bacakoran.co

Musim Kemarau Kok Masih Hujan Deras dan Banjir? BMKG Bongkar Fakta Mengejutkan!

BMKG sebut hujan deras dan banjir yang mendera sejumlah wilayah di Indonesia di bulan Juli saat musim kemarau terjadi lantaran faktor fenomena atmosfer.--kolase @jakutviral dan @alldayisme/x

BACAKORAN.CO – Banjir akibat hujan deras di sejumlah wilayah Indonesia terjadi di bulan Juli yang seharusnya sudah masuk musim kemarau.

Hujan deras dan banjir yang mendera di musim kemarau ini pun bikin banyak warga bertanya-tanya.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) pun membongkar fakta mengejutkan di balik anomali cuaca yang melanda Tanah Air.

Hujan Lebat Masih Guyur 53% Wilayah RI

BACA JUGA:Pondok Gede Dikepung Banjir! Ratusan Rumah Tersapu Air, Apa Penyebabnya?

BACA JUGA:IKEA Alam Sutera Kebanjiran Gegara Hujan Deras, Pengunjung Nyeker Viral Medsos

BMKG mengungkap, sejak awal Mei 2025, pola cuaca tak biasa mulai muncul.

Alih-alih kering, lebih dari 50 persen wilayah Indonesia justru diguyur hujan deras, termasuk di Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat dan Timur, sebagian Kalimantan, Sulawesi, Maluku, hingga Papua.

Puncaknya terjadi pada 2 Juli 2025, ketika curah hujan ekstrem tercatat di Stasiun Geofisika Deli Serdang (142 mm) dan Stasiun Meteorologi Rendani Papua Barat (103 mm).

Ini bukan angka biasa.

BACA JUGA:Miris! Lebih dari 3.600 Warga Palestina Ditahan Israel, Banyak Diduga Tanpa Dakwaan & Alami Pelecehan

BACA JUGA:Gudang Suku Cadang dan Oli Terbakar Hebat di Cengkareng! Ini Kronologinya

Ini adalah level curah hujan yang bisa bikin banjir bandang.

Faktor Fenomena Atmosfer Jadi Penyebab

Meski secara teori seharusnya hujan berkurang karena Madden-Julian Oscillation (MJO) berada di fase yang kurang mendukung hujan, nyatanya kombinasi berbagai faktor atmosfer justru membuat hujan malah sering terjadi.

Monsun Australia Lemah yang harusnya membawa udara kering dari selatan, tapi justru gagal bikin Indonesia lebih kering.

Musim Kemarau Kok Masih Hujan Deras dan Banjir? BMKG Bongkar Fakta Mengejutkan!

Ramadhan Evrin

Ramadhan Evrin


bacakoran.co – banjir akibat di sejumlah wilayah indonesia terjadi di bulan juli yang seharusnya sudah masuk musim kemarau.

hujan deras dan banjir yang mendera di musim kemarau ini pun bikin banyak warga bertanya-tanya.

pun membongkar fakta mengejutkan di balik anomali cuaca yang melanda tanah air.

hujan lebat masih guyur 53% wilayah ri

bmkg mengungkap, sejak awal mei 2025, pola cuaca tak biasa mulai muncul.

alih-alih kering, lebih dari 50 persen wilayah indonesia justru diguyur hujan deras, termasuk di jawa, bali, nusa tenggara barat dan timur, sebagian kalimantan, sulawesi, maluku, hingga papua.

puncaknya terjadi pada 2 juli 2025, ketika curah hujan ekstrem tercatat di stasiun geofisika deli serdang (142 mm) dan stasiun meteorologi rendani papua barat (103 mm).

ini bukan angka biasa.

ini adalah level curah hujan yang bisa bikin banjir bandang.

faktor fenomena atmosfer jadi penyebab

meski secara teori seharusnya hujan berkurang karena madden-julian oscillation (mjo) berada di fase yang kurang mendukung hujan, nyatanya kombinasi berbagai faktor atmosfer justru membuat hujan malah sering terjadi.

monsun australia lemah yang harusnya membawa udara kering dari selatan, tapi justru gagal bikin indonesia lebih kering.

gelombang ekuator aktif, seperti rossby ekuator dan gelombang kelvin, memperkuat pembentukan awan hujan.

suhu laut masih hangat, di mana lautan indonesia jadi ‘pemasok uap air’ yang menyuburkan awan hujan.

udara yang lembab tinggi jadi bahan bakar utama hujan lebat terus-menerus.

bmkg: waspada hujan deras, petir, dan gelombang tinggi

meski secara kalender kita sudah masuk musim kemarau, bmkg mengingatkan masyarakat untuk tetap siaga terhadap potensi cuaca ekstrem.

cuaca masih sangat dinamis, dan risiko seperti hujan lebat, kilat, angin kencang, hingga gelombang laut tinggi masih bisa terjadi sewaktu-waktu.

“ini kemarau yang beda dari biasanya. jangan lengah, cuaca bisa berubah drastis kapan saja,” tegas bmkg dalam pernyataannya.

siklon tropis dan sirkulasi atmosfer turut berperan

sebagai tambahan, bmkg juga mencatat keberadaan bibit siklon tropis 98w di sekitar pulau luzon.

walau tidak berdampak langsung ke indonesia, angin kencang dari sistem ini ikut mengacaukan kestabilan atmosfer kawasan asia tenggara.

selain itu, sirkulasi siklonik di samudra hindia dan pasifik utara papua nugini juga membentuk zona konvergensi dan konfluensi.

kondisi ini menciptakan jalur hujan deras di berbagai wilayah laut dan daratan di indonesia.

Tag
Share