bacakoran.co

Konflik Timur Tengah Picu Krisis Global: Inflasi Meledak, Resesi Dunia Mengintai

Konflik timur tengah picu krisis global: inflasi meledak, resesi dunia mengintai--

BACAKORAN.CO - Ketegangan geopolitik di Timur Tengah kembali menciptakan badai yang tak hanya mengguncang kawasan, tapi juga mengancam stabilitas ekonomi global.

Gencatan senjata yang rapuh di beberapa wilayah konflik justru membuka ruang bagi eskalasi militer yang semakin membara.

Para pengamat menilai, jika konflik tak segera mereda, resesi global bisa menjadi kenyataan yang tak terhindarkan.

Salah satu pengamat yang bersuara lantang adalah Fyodor Lukyanov, pemimpin redaksi Global Affairs.

BACA JUGA:Kian Memanas, Habis Iran Kini Houthi Serbu Israel dengan Rudal Balistik

BACA JUGA:Geger! Karyawan Pabrik Sepatu di Tegal Kesurupan Massal saat Malam 1 Suro, Netizen Skeptis: Nanti Jadi Film

Dalam analisanya, ia menilai bahwa aksi agresif Israel dan kelompok neokonservatif di AS bisa menjadi pemicu tumbangnya pemerintahan Iran.

Jika itu terjadi, bukan tidak mungkin Amerika Serikat—terutama jika dipimpin Donald Trump di periode berikutnya—akan terseret dalam perang terbuka besar-besaran.

Pandangan serupa disampaikan oleh Alexander Dugin, filsuf dan pemikir geopolitik asal Rusia.

Dugin bahkan menyebutkan skenario Perang Dunia III sebagai hal yang mungkin terjadi.

BACA JUGA:Kemendag Gandeng GAHC Australia, Dorong Ekspor Produk Halal RI Tembus Pasar Global

BACA JUGA:Blaise Metreweli Jadi Kepala Perempuan Pertama MI6 Inggris, Siap Hadapi Ancaman Global

Ia memperingatkan bahwa jika Iran jatuh, maka Rusia bisa menjadi target berikutnya, dan ini membuka jalan bagi konflik global yang melibatkan kekuatan nuklir.

Dari sisi ekonomi, Achmad Nur Hidayat, pakar kebijakan publik dari Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta, menegaskan bahwa ketegangan geopolitik semacam ini selalu membawa dampak ekonomi global yang serius.

Konflik Timur Tengah Picu Krisis Global: Inflasi Meledak, Resesi Dunia Mengintai

Melly

Melly


bacakoran.co - ketegangan geopolitik di timur tengah kembali menciptakan badai yang tak hanya mengguncang kawasan, tapi juga mengancam stabilitas .

gencatan senjata yang rapuh di beberapa wilayah konflik justru membuka ruang bagi eskalasi militer yang semakin membara.

para pengamat menilai, jika konflik tak segera mereda, resesi global bisa menjadi kenyataan yang tak terhindarkan.

salah satu pengamat yang bersuara lantang adalah fyodor lukyanov, pemimpin redaksi global affairs.

dalam analisanya, ia menilai bahwa aksi agresif dan kelompok neokonservatif di as bisa menjadi pemicu tumbangnya pemerintahan iran.

jika itu terjadi, bukan tidak mungkin amerika serikat—terutama jika dipimpin donald trump di periode berikutnya—akan terseret dalam perang terbuka besar-besaran.

pandangan serupa disampaikan oleh alexander dugin, filsuf dan pemikir geopolitik asal rusia.

dugin bahkan menyebutkan skenario perang dunia iii sebagai hal yang mungkin terjadi.

ia memperingatkan bahwa jika iran jatuh, maka rusia bisa menjadi target berikutnya, dan ini membuka jalan bagi konflik global yang melibatkan kekuatan nuklir.

dari sisi ekonomi, achmad nur hidayat, pakar kebijakan publik dari universitas pembangunan nasional veteran jakarta, menegaskan bahwa ketegangan geopolitik semacam ini selalu membawa dampak ekonomi global yang serius.

“setiap konflik besar di timur tengah berimbas pada lonjakan harga minyak, meningkatnya inflasi, dan menurunnya kepercayaan investor,” ujar achmad.

sebagai contoh, menurut riset internasional, kenaikan harga minyak sebesar usd 10 per barel yang berlangsung dua tahun berturut-turut bisa memicu kenaikan inflasi global sebesar 0,7 persen.

kondisi ini diperparah oleh kerentanan rantai pasok global.

achmad mengingatkan bagaimana serangan kelompok houthi di laut merah tahun 2023 membuat jalur perdagangan utama terganggu.

kapal dagang terpaksa memutar jauh lewat tanjung harapan, mengakibatkan biaya pengiriman kontainer melonjak hingga 260 persen hanya dalam beberapa minggu.

jika jalur energi utama seperti selat hormuz terganggu, maka dunia bisa menghadapi energi baru.

dampaknya, biaya logistik naik, produksi terganggu, dan konsumen pun terpaksa mengencangkan ikat pinggang.

investasi akan tersendat, dan banyak proyek ekonomi serta infrastruktur berskala besar terpaksa ditunda atau bahkan dibatalkan.

simulasi dari model ekonomi global nigem menunjukkan bahwa kenaikan 10 persen biaya pengiriman laut saja dapat menaikkan inflasi konsumen sebesar 0,5 persen.

namun, yang lebih menakutkan adalah dampak jangka panjangnya.

“jika perang meluas, banyak negara akan mengalihkan anggaran ke sektor militer. investasi produktif akan menurun, dan pertumbuhan ekonomi stagnan,” kata achmad.

seperti yang terjadi pada krisis minyak 1973, bila negara-negara opec memutuskan untuk mengurangi produksi minyak, maka harga energi bisa melonjak tajam.

situasi ini bisa menciptakan inflasi global yang meroket disertai resesi berkepanjangan.

dunia berada di ambang krisis ekonomi baru. konflik timur tengah bukan hanya isu geopolitik, tapi juga ancaman nyata terhadap ketahanan ekonomi global.

lonjakan harga minyak, krisis logistik, hingga potensi perang global adalah skenario-skenario yang kini mulai mendekati kenyataan.

dunia internasional dituntut untuk bertindak cepat sebelum situasi ini berubah menjadi resesi global paling parah dalam dekade terakhir.

Tag
Share