bacakoran.co - dunia sempat menahan napas saat akhirnya membebaskan sandera terakhir berkewarganegaraan ganda as-israel, edan alexander, setelah 19 bulan disekap di gaza.
namun, harapan akan berakhirnya konflik sepertinya sulit terwujud.
pasalnya, bersikeras tak mau hentikan agresi ke gaza.
pembebasan edan alexander, prajurit muda berusia 21 tahun, terjadi pada senin (13/5/2025) waktu setempat.
ini menjadi momentum dramatis di tengah panasnya perang berkepanjangan.
hamas mengaku pembebasan ini dilakukan setelah komunikasi langsung dengan pemerintah as dalam rangka negosiasi gencatan senjata.
“kami membebaskan tentara zionis edan alexander setelah berkoordinasi dengan amerika, sebagai bagian dari upaya mediasi menuju gencatan senjata,” tegas hamas melalui pernyataan resminya seperti dilansir dari afp.
disambut haru, israel enggan damai
sesampainya di wilayah israel, edan langsung disambut keluarga dan kerumunan warga yang bersorak di tenafly, new jersey, kampung halamannya di as.
namun euforia tersebut tak bertahan lama.
harapan jika ini akan membuka pintu menuju perdamaian dan jeda serangan di gaza langsung dibantah keras oleh pm israel benjamin netanyahu.
“kami akan terus berjuang untuk membawa pulang semua sandera, hidup atau gugur,” kata netanyahu, seraya menegaskan tidak akan ada gencatan senjata meskipun sandera warga as telah dibebaskan.
perang tetap berlanjut, korban terus bertambah
meski israel sempat menghentikan operasi militer sementara demi memfasilitasi pembebasan alexander, serangan kembali digencarkan sesaat setelahnya.
sejak kesepakatan gencatan senjata dilanggar israel pada 18 maret lalu, data kementerian kesehatan gaza mencatat 2.749 orang tewas.
total korban jiwa di gaza mencapai 52.862 orang sejak oktober 2023.
saat ini, dari 251 sandera, masih ada 57 orang yang ditahan, dengan 34 di antaranya diyakini telah tewas.
gencatan senjata masih jauh
hamas menyatakan jika satu-satunya jalan untuk membebaskan seluruh sandera yang masih tertahan adalah dengan mengakhiri agresi militer israel.
“serangan yang terus berlangsung hanya memperpanjang penderitaan dan berisiko membunuh sandera lainnya,” tegas mereka.
namun, dengan israel yang keras kepala menolak menghentikan operasi militer, konflik berdarah ini tampaknya masih jauh dari kata usai, meski nyawa warga sipil terus berguguran di kedua belah pihak.