Heboh! Aksi Demo Warga Malaysia Tuntut PM Anwar Ibrahim Mundur Bikin Netizen Indonesia Kagum, Ada Apa?

Ribuan warga Malaysia demo tuntut PM Anwar mundur akibat biaya hidup tinggi dan isu reformasi/Kolase Bacakoran.co--Instagram @lambe_turah
BACAKORAN.CO - Ribuan warga Malaysia turun ke jalan pada Sabtu (26/7/2025), menuntut pengunduran diri Perdana Menteri Anwar Ibrahim.
Aksi demo besar-besaran ini menjadi sorotan publik dan menandai gelombang ketidakpuasan terhadap kepemimpinan Anwar sejak menjabat pada November 2022.
Berpusat di Lapangan Merdeka, massa yang mengenakan pakaian serba hitam dan membawa plakat bertuliskan “Turun Anwar” berkumpul dari berbagai titik, termasuk Dataran Sogo, Masjid Jamek, Masjid Negara, dan Pasar Seni.
Menurut laporan kepolisian, aksi ini diikuti oleh sedikitnya 18.000 orang, menjadikannya unjuk rasa terbesar selama masa kepemimpinan Anwar.
BACA JUGA:Demo Nelayan Benih Lobster Berakhir Ricuh, Massa Rusak Mobil Damkar Pangandaran dan Pendopo Bupati
BACA JUGA:Demo Warga Bantargebang di RDF: Jangan Jadikan Kami Penonton di Tanah Sendiri!
Penyebab Demonstrasi
Ketidakpuasan masyarakat Malaysia berakar pada meningkatnya biaya hidup serta kegagalan pemerintah memenuhi janji-janji reformasi.
Sejumlah kebijakan baru seperti perluasan pajak penjualan dan jasa serta penyesuaian subsidi dinilai memperburuk daya beli rakyat.
Seorang mahasiswa, Nur Shahirah Leman, menyebut bahwa kebijakan pajak justru membebani produsen dan berimbas langsung pada harga pangan.
“Pajak-pajak ini dibebankan kepada produsen, sehingga otomatis memengaruhi harga kebutuhan pokok,” tuturnya dikutip Bacakoran.co dari Reuters.
BACA JUGA:Warga AS Demo Tuntut Trump Tak Ikut Campur Perang Iran-Israel: Diplomasi Satu-satunya Cara!
Aksi ini juga menjadi simbol kekecewaan terhadap lambannya realisasi bantuan pemerintah.
Meskipun Anwar telah mengumumkan bantuan tunai sebesar 100 ringgit Malaysia yang akan diberikan mulai 31 Agustus 2025 serta subsidi BBM beroktan menengah dengan harga 1,99 ringgit per liter, sebagian warga merasa langkah tersebut tidak cukup menanggulangi krisis ekonomi yang mereka hadapi.