bacakoran.co

Rencana Kenaikan Tarif Ojol Picu Polemik, Driver: Malah Bikin Tambah Susah!

tarif Ojol akan naik sebesar 8 persen hingga 15 persen, namun justru memicu gelombang penolakan, terutama dari kalangan driver Ojol sendiri.-Ilustrasi -

BACAKORAN.CO - Wacana kenaikan tarif ojek online (Ojol) tengah menjadi sorotan publik di awal Juli 2025.

Rencananya, tarif Ojol akan naik sebesar 8 persen hingga 15 persen, namun justru memicu gelombang penolakan, terutama dari kalangan driver Ojol sendiri.

Alih-alih menjadi solusi untuk meningkatkan kesejahteraan pengemudi, banyak pihak menilai kebijakan ini justru bisa membebani driver dan merusak ekosistem transportasi online.

Taufik (50), seorang driver Gojek yang sudah bertahun-tahun menggantungkan hidup dari profesinya sebagai Ojol, menyampaikan keresahannya.

BACA JUGA:Heboh Banget! Tarif Ojol Naik 15 Persen, Pemerintah Diserang Netizen: Goblog Kebijakannya!

BACA JUGA:Netizen Komentari Pajak E-commerce Kena Tarif 0.5 Persen Omset Tahunan: Udah Banyak yang Gulung Tikar Woi!

Menurutnya, kenaikan tarif ini hanya akan menguntungkan pihak aplikator tanpa mempertimbangkan dampak terhadap pengemudi.

“Kalau tarif naik, penumpang pasti cari yang lebih murah. Persaingan sekarang kan ketat, bukan kayak dulu,” ujar Taufik saat ditemui di Jakarta, Jumat (4/7/2025).

Taufik sendiri merupakan korban PHK saat pandemi COVID-19 dan memilih menjadi Ojol sebagai jalan terakhir untuk tetap bertahan.

Ia khawatir, jika tarif naik tapi pelanggan menurun, maka pendapatannya justru akan anjlok.

Ekonom dan Pakar Kebijakan Publik dari UPN Veteran Jakarta, Achmad Nur Hidayat, turut angkat bicara.

BACA JUGA:Rumor Grab Ingin Akuisisi Gojek, GoTo Buka Suara dan Ungkap Ada Tawaran

BACA JUGA:Bukan Lagi Rp50 Ribu, Driver Ini Terima THR Gojek Rp105 Rupiah: Masak Segini Sih!

Ia menegaskan bahwa kenaikan tarif hanya meningkatkan pendapatan kotor, bukan pendapatan bersih driver, terutama jika potongan dari aplikator tetap tinggi.

Rencana Kenaikan Tarif Ojol Picu Polemik, Driver: Malah Bikin Tambah Susah!

Melly

Melly


bacakoran.co - wacana kenaikan online (ojol) tengah menjadi sorotan publik di awal juli 2025.

rencananya, akan naik sebesar 8 persen hingga 15 persen, namun justru memicu gelombang penolakan, terutama dari kalangan driver ojol sendiri.

alih-alih menjadi solusi untuk meningkatkan kesejahteraan pengemudi, banyak pihak menilai kebijakan ini justru bisa membebani driver dan merusak ekosistem transportasi online.

taufik (50), seorang driver gojek yang sudah bertahun-tahun menggantungkan hidup dari profesinya sebagai , menyampaikan keresahannya.

menurutnya, kenaikan tarif ini hanya akan menguntungkan pihak aplikator tanpa mempertimbangkan dampak terhadap pengemudi.

“kalau tarif naik, penumpang pasti cari yang lebih murah. persaingan sekarang kan ketat, bukan kayak dulu,” ujar taufik saat ditemui di jakarta, jumat (4/7/2025).

taufik sendiri merupakan korban phk saat pandemi covid-19 dan memilih menjadi ojol sebagai jalan terakhir untuk tetap bertahan.

ia khawatir, jika tarif naik tapi pelanggan menurun, maka pendapatannya justru akan anjlok.

ekonom dan pakar kebijakan publik dari upn veteran jakarta, achmad nur hidayat, turut angkat bicara.

ia menegaskan bahwa kenaikan tarif hanya meningkatkan pendapatan kotor, bukan pendapatan bersih driver, terutama jika potongan dari aplikator tetap tinggi.

“perusahaan aplikator mengambil komisi 20 hingga 40 persen dari tarif. kalau tarif naik tapi jumlah order turun, penghasilan bersih driver bisa malah stagnan atau lebih kecil,” jelas achmad.

menurut achmad, justru perlu regulasi pembatasan potongan dari aplikator agar pengemudi benar-benar merasakan manfaat dari tarif yang naik.

jika tidak, maka kebijakan ini hanya akan menguntungkan platform tanpa memperhatikan kesejahteraan pengemudi.

menanggapi isu ini, kementerian perhubungan (kemenhub) melalui dirjen perhubungan darat aan suhanan menegaskan bahwa rencana kenaikan tarif ojol masih dalam tahap kajian. 

“kami belum mengambil keputusan final. semua harus dikaji secara menyeluruh dengan pendekatan multistakeholder,” jelas aan.

pemerintah berkomitmen untuk melihat berbagai aspek, mulai dari keadilan bagi driver hingga keberlanjutan ekosistem transportasi online.

artinya, kebijakan ini masih bisa berubah sesuai hasil diskusi antara pemerintah, aplikator, dan driver.

daripada hanya menaikkan tarif, banyak pihak menyarankan agar:

  • potongan dari aplikator dibatasi, agar driver tak kehilangan penghasilan besar dari tiap perjalanan.

  • diperkuat sistem insentif berdasarkan performa driver.

  • edukasi ke pelanggan agar tetap loyal meski ada penyesuaian tarif.

wacana kenaikan tarif ojol memang bisa jadi solusi di satu sisi, namun jika tidak disertai regulasi yang adil, justru bisa menambah beban bagi driver.

harapannya, pemerintah bisa merumuskan kebijakan yang seimbang agar pengemudi tetap sejahtera dan layanan transportasi online tetap kompetitif.

tetap pantau update dari kemenhub agar tidak tertinggal info terbaru soal tarif ojol di tahun 2025!

Tag
Share