Protes Warga Soal Batubara Berujung Laporan Polisi, Ada Apa?

Protes warga Desa Tanjung Pauh, Muaro Jambi, terhadap aktivitas truk batubara berujung laporan polisi. Ketahui kronologi, dampak, dan reaksi pemerintah dalam konflik lingkungan ini.--Youtube-JambiTV
BACAKORAN.CO - Muaro Jambi kembali menjadi sorotan publik setelah tujuh warga Desa Tanjung Pauh dilaporkan ke polisi oleh perusahaan tambang batubara PT Japa Barata Coal (JBC).
Aksi penolakan warga terhadap penggunaan jalan desa sebagai jalur angkutan truk batubara memicu ketegangan yang berujung pada pelaporan hukum.
Warga mengaku tidak diberi informasi jelas soal perbaikan jalan yang ternyata dilakukan oleh perusahaan untuk keperluan hauling, bukan oleh pemerintah desa seperti yang mereka kira.
Ketika truk-truk batubara mulai melintas di depan rumah mereka, kekhawatiran akan dampak kesehatan, keselamatan, dan kerusakan lingkungan pun mencuat.
BACA JUGA:Jembatan Muara Lawai Patah dan Ambruk, 4 Truk Batubara Terjebak, Untung Sudah Ada Penggantinya
BACA JUGA:Perampok Sopir Truk Batubara Tak Berkutik Disergap Tim Shadow Walet Polres OKU Timur
Penolakan warga dianggap sebagai bentuk perlindungan terhadap hak hidup yang layak, namun justru dibalas dengan laporan polisi.
Situasi ini menimbulkan pertanyaan besar: Apakah suara warga sudah tak lagi punya tempat dalam kebijakan industri?
Awal Mula Konflik
Warga RT 01 Dusun Tambak Agung awalnya menyambut baik perbaikan jalan desa yang berada di depan rumah mereka.
BACA JUGA:Kronologi Aksi Blokir Rel Kereta oleh Warga Batubara Pasca Tragedi Kecelakaan, Begini Tanggapan KAI
BACA JUGA:Pusaka International Junior Championship 2025: Anjani-Abigail Berebut Tiket Final, Siapa Unggul?
Namun, mereka terkejut saat mengetahui bahwa jalan tersebut diperbaiki oleh PT JBC untuk keperluan hauling batubara.
Tidak ada sosialisasi atau pemberitahuan resmi sebelumnya.
Ketika perusahaan mengadakan pertemuan, warga langsung menyatakan penolakan karena khawatir terhadap dampak kesehatan, keselamatan, dan kerusakan lingkungan.