bacakoran.co - heboh dan viral di media sosial kabar dugaan cuma formalitas saja dan buang-buang waktu bikin geram pencari kerja dan netizen.
kabar ini berasal dari pengakuan mengejutkan dari seorang (human resources development) di sebuah perusahaan terkait job fair yang berlangsung beberapa hari yang lau.
dalam video yang diunggah oleh akun x @somexthread pada 31 mei 2025, pukul 08:23 wib tercantum sebuah video seorang yang diduga hrd menyebut kalau job fair hanyalah sebuah formalitas.
hrd tersebut mengaku bahwa job fair hanyalah formalitas belaka untuk branding perusahaan, bukan untuk benar-benar merekrut karyawan.
pengakuan ini menjadi viral dan memicu diskusi panas di kalangan netizen terkait hanya formalitas.
bahkan dari salah satu thread @somexthread menyebut kalau perusahaan dipaksa pemerintah untuk mengikuti kegiatan job fair ini, bahkan bisa terkena denda.
“ternyata job fair itu cuma formalitas dan omong kosong doang? ‘kegiatan itu digunakan untuk brandingnya kantor’,” tulis @somexthread dalam postingannya pada 31 mei 2025, pukul 08:23 wib.
hrd tersebut juga mengungkapkan bahwa yang benar-benar serius dalam merekrut karyawan terakhir kali terjadi pada tahun 2010.
“ternyata job fair yang real terakhir di tahun 2010,” lanjut @somexthread dalam postingan lanjutan pada pukul 08:23 wib.
ia bahkan menyatakan keheranannya, “cari kerja masih offline itu apa?” mengacu pada fakta bahwa banyak masih rela antre di job fair tanpa hasil yang pasti.
video tersebut memperlihatkan kerumunan pencari kerja yang membawa map lamaran dan antre di sebuah job fair, dengan beberapa di antaranya mengenakan topi caping sebagai simbol perjuangan mereka mencari pekerjaan.
pengakuan ini menambah daftar panjang kekecewaan para pencari kerja terhadap efektivitas job fair di indonesia.
pengakuan ini sejalan dengan laporan dari beberapa sumber terpercaya.
dilansir dari detik.com, banyak pencari kerja yang melamar melalui job fair tidak mendapatkan panggilan interview atau balasan, sehingga muncul anggapan bahwa di job fair hanya formalitas belaka.
penelitian dari enrichment: journal of management (2019) juga menunjukkan bahwa efektivitas job fair sering kali dipertanyakan.
dalam studi berjudul pelaksanaan paperless job fair di uph kampus surabaya oleh julistiono et al., disebutkan bahwa job fair lebih banyak digunakan untuk meningkatkan brand awareness perusahaan daripada merekrut karyawan secara langsung.
hal ini dikuatkan oleh karirfair.com yang menyebutkan bahwa salah satu tujuan perusahaan mengikuti job fair adalah “membangun brand awareness yang tidak hanya ditujukan kepada para pencari kerja namun juga guna mendapatkan koneksi baru.”
@andri_bahari (31 mei 2025, 08:45 wib): "job fair emang ga guna, cuma buang tenaga dan waktu doang."
@rizkyp_ (31 mei 2025, 09:12 wib): "makanya bikin startup, daripada buang tenaga buat antri jobfair."
@dinaaulia (31 mei 2025, 09:30 wib): "emang bener sih, aku dulu pernah ikut job fair, cuma disuruh daftar online, ga ada hasilnya."
@bintangpratama (31 mei 2025, 10:05 wib): "perusahaan jaman sekarang emang kebanyakan gimmick, kasian para pencari kerja."
@lisa_mn (31 mei 2025, 10:22 wib): "ini beneran buat aku takut ikut job fair lagi, ternyata cuma buat branding doang."
netizen juga menunjukkan rasa simpati kepada para pencari kerja. dalam postingan lanjutan
@somexthread pada pukul 08:23 wib, akun tersebut menulis, “semangat buat para pencari kerja ????❤,” yang mendapat banyak dukungan dari pengguna x lainnya.
pengakuan seorang hrd bahwa job fair hanyalah formalitas dan ajang branding perusahaan telah membuka mata publik tentang realitas di balik acara tersebut.
bagi jutaan pencari kerja di indonesia, job fair sering menjadi harapan terakhir, namun kenyataannya banyak yang hanya “buang waktu dan tenaga” tanpa jaminan kerja.
netizen menyerukan transparansi lebih dari perusahaan dan penyelenggara job fair, sementara pencari kerja didorong untuk beralih ke platform rekrutmen online yang lebih efisien.