bacakoran.co - seorang kelas dua sekolah dasar (sd) berinisial kb (8) di kecamatan seberida, kabupaten indragiri hulu (), riau, dilaporkan meninggal dunia secara tragis.
kejadian memilukan ini menjadi sorotan publik karena diduga kuat korban mengalami kekerasan fisik dan perundungan () oleh lima kakak kelasnya hanya karena perbedaan keyakinan.
peristiwa tragis ini dilaporkan oleh ibu kandung korban, sys (30), yang dengan hati hancur melaporkan kematian putranya ke polsek seberida.
sang ibu menduga keras bahwa kematian anaknya bukanlah akibat sakit biasa, melainkan karena penganiayaan yang diterima dari para kakak kelas korban di sekolah.
polisi lakukan penyelidikan dan tunggu hasil otopsi
kapolres inhu, akbp fahrian saleh siregar, menjelaskan bahwa pihaknya tengah mendalami kasus ini dan telah memeriksa sejumlah saksi serta menunggu hasil otopsi jenazah korban untuk mengetahui penyebab pasti kematiannya.
"otopsi dilakukan baru tadi malam. kami masih menunggu hasil otopsi, biar tahu pasti apa penyebab korban meninggal dunia," ujar fahrian dilansir bacakoran.co dari kompas.com melalui sambungan telepon pada selasa (27/5/2025).
kronologi kejadian yang mengguncang
kejadian ini bermula pada rabu malam, 21 mei 2025, sekitar pukul 20.25 wib.
sang ibu, siska, menghubungi wali kelas korban yang bernama febri melalui aplikasi whatsapp.
dalam percakapannya, siska menyampaikan kondisi anaknya yang mengalami sakit parah di bagian perut disertai pembengkakan.
ia juga mengungkapkan bahwa kb sempat mengeluh karena menjadi korban pemukulan oleh kakak kelasnya.
pada awalnya, korban tidak mau mengakui bahwa dirinya telah dipukul.
namun, informasi tersebut akhirnya terungkap setelah salah satu teman korban yang berinisial ro memberitahu bahwa pelaku pemukulan adalah rb.
merasa khawatir dengan kondisi anaknya yang semakin memburuk dan tampak membungkuk karena kesakitan, ibu korban mencoba mencari solusi dengan melaporkannya ke wali kelas.
di sisi lain, korban juga mengaku bahwa ia kerap mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan karena berbeda agama dari teman-temannya.
hal ini tentu membuat sang ayah marah besar.
wali kelas febri mengaku tidak mengetahui kejadian pemukulan tersebut sebelumnya, namun ia segera menyampaikan informasi tersebut kepada kepala sekolah.
mediasi dilakukan, namun nyawa tak tertolong
dua hari setelah laporan tersebut, pada jumat (23/5/2025), kepala sekolah bernama sutarno memanggil para terduga pelaku untuk dilakukan mediasi.
dalam mediasi tersebut, orangtua korban turut hadir dan tercapai kesepakatan damai, meskipun kondisi korban masih tampak sangat lemah dan terus membungkuk karena kesakitan.
namun, tragedi terjadi pada senin dini hari, 26 mei 2025, sekitar pukul 02.30 wib. wali kelas korban yang lain, eka juliarti, mendapat kabar duka dari orangtua korban yang mengabarkan bahwa kb telah meninggal dunia.
mereka pun meminta eka untuk datang melayat.
orangtua korban tak terima, kasus dibawa ke jalur hukum
kematian sang anak membuat orangtua korban tidak tinggal diam.
mereka langsung melaporkan kejadian memilukan ini ke polsek seberida agar pelaku dapat diproses sesuai hukum yang berlaku.
berdasarkan hasil pemeriksaan medis sementara, ditemukan tanda-tanda kekerasan pada tubuh korban, yang memperkuat dugaan adanya penganiayaan.
lima orang kakak kelas yang diduga terlibat dalam kasus kekerasan ini masing-masing berinisial hm (12), rk (13), mj (11), dr (11), dan nn (13).
mereka kini tengah diperiksa oleh pihak kepolisian untuk dimintai keterangan lebih lanjut.
kapolres inhu menegaskan bahwa kasus ini masih dalam proses penyelidikan.
polisi akan bekerja profesional dan transparan untuk mengungkap fakta sebenarnya dari kematian kb yang menyedihkan ini.
tragedi ini menjadi pengingat bagi semua pihak, terutama di lingkungan pendidikan, untuk lebih serius dalam mencegah dan menangani kasus perundungan serta diskriminasi.
tak ada seorang anak pun yang pantas kehilangan nyawa hanya karena perbedaan keyakinan atau latar belakang.
sudah saatnya sekolah menjadi tempat yang aman, nyaman, dan mendidik bagi semua anak, tanpa kecuali.