bacakoran.co – , seorang remaja tewas akibat ditendang pelatih saat latihan sampai ibu korban histeris.
kejadian tragis ini mengguncang warga dukuh klimas, desa sendang, kecamatan karanggede, kabupaten boyolali, jawa tengah.
seorang remaja berusia 17 tahun, m. prana saputra (mps), meninggal dunia setelah mengalami insiden mematikan saat mengikuti latihan pada dini hari kamis, 22 mei 2025.
diduga, korban tewas akibat tendangan dari pelatihnya selama sesi latihan fisik.
kejadian ini terjadi di halaman rumah warga di dukuh bejen, rt 01 rw 03, desa karangkepoh, kecamatan karanggede, .
berdasarkan informasi yang dihimpun, mps bersama rekan-rekannya sedang menjalani latihan rutin penguatan fisik yang dipandu oleh seorang pelatih.
dalam sesi tersebut, pelatih secara bergantian menendang dada para siswa sebagai bagian dari latihan.
namun, saat giliran mps, tendangan yang diterimanya menyebabkan dampak fatal. korban terjatuh ke belakang setelah dadanya ditendang dan mengeluh sesak napas sebelum akhirnya kehilangan kesadaran.
kapolres boyolali, akbp rosyid hartanto, dalam keterangan resminya menyampaikan bahwa korban merupakan warga dukuh klimas, desa sendang.
kabarnya peristiwa ini terjadi saat korban mengikuti latihan silat dan pihak kapolres kami masih melakukan penyelidikan lebih lanjut untuk mengungkap kronologi dan penyebab pasti kematian.
suyamti, ibu korban, masih terlihat lunglai dan tak percaya atas kepergian putranya.
rumah duka di dukuh klimas, rt 1 rw 6, desa sendang, dipadati oleh keluarga, tetangga, dan tamu yang datang untuk memberikan dukungan.
kejadian ini menambah daftar panjang insiden tragis yang melibatkan latihan silat di wilayah jawa tengah.
sebelumnya, pada mei 2023 seorang berusia 14 tahun di klaten juga menjadi tersangka atas kematian seorang murid akibat tendangan dan pukulan saat latihan.
kasus tersebut menunjukkan bahwa latihan fisik yang tidak terkontrol dapat berujung pada konsekuensi mematikan, terutama jika melibatkan anak di bawah umur.
prosedur keamanan dalam latihan, khususnya untuk olahraga bela diri seperti pencak silat, sangat penting untuk mencegah cedera atau bahkan insiden tragis seperti yang terjadi pada kasus m. prana saputra di boyolali pada 22 mei 2025.
berdasarkan informasi dari yang didapat, berikut adalah prosedur keamanan latihan yang seharusnya diterapkan untuk memastikan lingkungan yang aman dan terhormat bagi semua peserta:
pelatih harus memiliki sertifikasi resmi dari organisasi pencak silat yang diakui, seperti ikatan pencak silat indonesia (ipsi). sertifikasi ini memastikan pelatih memahami teknik yang aman dan standar pelatihan.
pelatih wajib mengenakan tanda pengenal selama sesi latihan untuk memudahkan identifikasi oleh peserta dan pengawas.
pelatih harus dilatih untuk menangani situasi darurat, termasuk pengetahuan dasar tentang pertolongan pertama (first aid) dan prosedur evakuasi jika terjadi cedera serius.
setiap peserta, terutama anak-anak dan remaja, harus menggunakan perlengkapan pelindung yang sesuai, seperti pelindung dada, pelindung kepala, pelindung tangan (gloves), dan pelindung kemaluan.
peralatan pelindung harus memenuhi standar keselamatan dan diperiksa secara rutin untuk memastikan tidak ada kerusakan yang dapat mengurangi efektivitasnya.
peserta harus mengenakan seragam latihan yang sesuai, tidak terlalu longgar atau ketat, untuk mencegah risiko tersangkut atau cedera.
area latihan harus bersih, rata, dan bebas dari benda-benda berbahaya seperti batu atau benda tajam. jika memungkinkan, gunakan matras atau alas empuk untuk mengurangi risiko cedera akibat jatuh.
pastikan area latihan memiliki penerangan yang cukup dan ventilasi yang baik untuk mencegah peserta merasa tidak nyaman atau kelelahan berlebihan.
sebelum latihan dimulai, pelatih harus menilai kemampuan fisik dan tingkat keterampilan peserta. latihan harus disesuaikan dengan usia, tingkat kebugaran, dan pengalaman masing-masing individu.
kasus tragis m. prana saputra menunjukkan betapa pentingnya prosedur keamanan dalam latihan pencak silat.
dalam insiden tersebut, korban meninggal dunia setelah menerima tendangan di dada dari pelatihnya selama sesi latihan fisik.
berdasarkan informasi dari tribun solo, kejadian ini terjadi tanpa pengawasan medis yang memadai, dan latihan fisik yang diterapkan tampaknya tidak disesuaikan dengan kemampuan fisik peserta.
jika prosedur seperti penggunaan pelindung dada, pemantauan kondisi peserta, dan kesiapan medis diterapkan, kemungkinan besar insiden ini bisa dicegah.