bacakoran.co - pada selasa, 13 mei 2025, tni al melanjutkan pembongkaran pagar laut bambu sepanjang 5,26 kilometer di perairan tangerang.
sayangnya, pembongkaran pagar laut tersebut sempat terhenti selama lima hari akibat cuaca buruk.
siaran pers resmi dinas penerangan angkatan laut (dispenal) menyatakan bahwa pembongkaran pagar laut di tangerang telah mencapai 24,9 kilometer.
"dari total sepanjang 30,16 km pagar laut di wilayah tangerang, tersisa hanya 5,26 km lagi yang belum terbongkar," tulis siaran pers dispenal, dikutip bacakoran.co dari disway, kamis (15/5).
pembongkaran pagar laut dimulai dari pesisir tanjung pasir.
namun, di wilayah kronjo, kondisi cuaca buruk berupa angin kencang dan gelombang tinggi menghambat proses pembongkaran.
sebanyak 219 personel dari pasmar 1, lantamal iii, dan koarmada i dikerahkan dalam operasi pembongkaran, didukung oleh 10 perahu karet (pk), 1 rbb (ranger boat), dan 1 rhib (rigid-hull inflatable boat).
selain itu, 50 nelayan setempat turut membantu pembongkaran menggunakan 10 kapal nelayan.
gelombang tinggi dan cuaca buruk menjadi kendala utama dalam pembongkaran pagar laut yang telah berdiri sejak agustus 2024.
"kendala dalam pelaksanaan pembongkaran hari ini di lapangan, seperti angin dan gelombang tinggi, keterbatasan daya tarik mesin kapal, serta pagar bambu yang banyak dipasang dua lapis," tutur dispenal.
sebelumnya, di perairan alar jiban, desa kohod, kabupaten tangerang, belum sepenuhnya dicabut.
dinas kelautan dan perikanan provinsi banten mengakui adanya polemik yang menyebabkan pencabutan pagar bambu tersebut belum dilakukan.
kepala dinas kelautan dan perikanan provinsi banten, eli susiyanti, menjelaskan bambu di laut kohod belum tercabut karena kekurangan alat berat.
"betul di perairan kohod hasil patroli terakhir masih tersisa sekitar 600 meter. sudah coba dibongkar dengan ditarik tagboat, tapi tidak bisa. butuh alat berat dan ponton," katanya, dikutip dari disway, sabtu (15/3).
eli susiyanti memastikan bahwa sisa pagar bambu di tengah laut kohod akan segera dibersihkan.
saat ini, pihaknya tengah berkoordinasi dengan pihak terkait untuk menentukan mekanisme yang tepat.
"sudah dikoordinasikan dan dikomunikasikan akan dibongkar, sedang masih proses komunikasi mengenai mekanisme dan alat yang dibutuhkan," jelasnya.
sementara itu, di kampung alar jiban, desa kohod, kecamatan pakuhaji, kabupaten tangerang, merasa tertipu oleh pemerintah karena pencabutan pagar laut di perairan kohod belum sepenuhnya terlaksana.
"iya, pokoknya di perairan desa kohod (pagar laut belum sepenuhnya dicabut). nggak tahu kalau di tempat yang lain sih, apa udah selesai apa belum, kita ngerasa diboongin gitu," kata nelayan inisial mr (48).
mewakili desa kohod, mr menyatakan kekecewaannya terhadap pemerintah yang dianggap tidak konsisten dalam menjalankan tugasnya.
karena bambu belum sepenuhnya dicabut hingga saat ini.
"kan katanya informasinya udah selesai gitu kan. ya kenyataannya, yang selesainya yang dimana gitu? apa dii tempat lain? kalau yang di kohod, menurut saya belum selesai," ungkapnya.
mr menduga belum terbongkarnya pagar tersebut disebabkan oleh belum selesainya proses administrasi kepemilikan.
meskipun enggan berkomentar lebih lanjut, ia menegaskan bahwa nelayan telah dirugikan.
menurut mr, psdkp kementerian kkp sudah mencoba mencabut sisa pagar laut sebelum ramadan.
namun sayangnya, upaya manual mengalami kendala karena pagar bambu tersebut sangat kuat, sebab, kata mr, pemasangannya menggunakan alat berat seperti eskavator.
"pagar yang nggak bisa dicabut itu emang pake alat berat sih, ekskavator. mungkin, nggak bisa manual kali. kemarin juga udah dilakukan pencabutan ulang sama psdkp, dari kkp, itu nggak bisa dicabut juga, gitu," katanya.
mr menjelaskan bahwa pihak kkp pada saat itu menyatakan kendala anggaran sebagai alasan tidak menggunakan alat berat untuk mencabut .
"kemarin sih memang satu, kata dia ada efisiensi anggaran, nggak bisa anggarannya lagi dikurangin dari kementerian. terus yaudah pake manual, kalau bisa pake manual. ternyata nggak bisa pake manual," katanya.