Bukan Pemulung Besi Amunisi! Warga Garut Ngaku Cuma Kuli, Dibayar Rp150 Ribu per Hari!

Warga membantah disebut pemulung besi dari amunisi yang dimusnahkan di Garut, mereka mengaku bekerja di lokasi peledakan dan dibayar Rp150 ribu per hari.--istimewa
BACAKORAN.CO - Tragedi ledakan maut saat pemusnahan amunisi kedaluwarsa di Garut menewaskan 13 orang, termasuk warga sipil dan anggota TNI.
Tuduhan jika warga "memulung" sisa amunisi langsung dibantah oleh salah seorang saksi sekaligus keluarga korban ledakan amunisi.
Adalah Agus Setiawan, warga Kampung Cimerak, Kecamatan Cibalong, yang angkat suara setelah kehilangan adiknya, Rustiawan, dalam insiden ledakan amunisi tidak layak pakai milik TNI pada Senin (12/5).
Agus menegaskan jika mereka bukanlah pemulung, melainkan pekerja harian yang dibayar Rp150 ribu per hari.
BACA JUGA:Kolonel hingga Warga Sipil Tewas! Ini Daftar Lengkap Korban dan Amunisi yang Meledak di Garut!
BACA JUGA:Fakta-fakta Terbaru Ledakan saat Pemusnahan Amunisi di Garut, Alasan Warga Sipil Juga Jadi Korban!
"(Buka) peluru kecil, selongsong, upah harian Rp150 ribu," terang Agus seperti dilansir dari CNNIndonesia.com.
Video Viral Disalahartikan?
Agus pun mengklarifikasi soal video viral yang menunjukkan warga mendekat ke lokasi usai ledakan.
Menurutnya, kejadian itu terjadi setelah peledakan pertama, bukan saat ledakan mematikan yang menewaskan adiknya dan warga lain.
BACA JUGA:Misteri Ledakan Pemusnahan Amunisi Kadarluarsa di Garut: 13 Tewas, Apa Penyebabnya?
"Yang pada mungutin sisa-sisa itu bukan pas ledakan yang makan korban. Itu setelah peledakan pertama. Baru kemudian ada ledakan susulan untuk memusnahkan detonator," jelas Agus.
Kronologi Ledakan Amunisi