bacakoran.co

Muhammadiyah Larang Seluruh Kampusnya 'Bagi-bagi" Gelar Profesor Kehormatan, Ada Apa?

Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir tegas melarang seluruh kampus Muhammadiyah memberikan gelar profesor kehormatan kepada siapa pun.--istimewa

BACAKORAN.CO – Keputusan mengejutkan datang dari Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah.

Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir secara tegas melarang seluruh perguruan tinggi Muhammadiyah dan 'Aisyiyah (PTMA) memberikan gelar profesor kehormatan kepada siapa pun.

Larangan ini disampaikan Haedar saat mengukuhkan Jebul Suroso sebagai Guru Besar Manajemen Keperawatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) di Auditorium Ukhuwah Islamiyah, Banyumas.

“Profesor itu bukan gelar seremonial. Itu jabatan akademik yang melekat pada institusi dan profesionalitas. Jangan ikut-ikutan membagikan gelar kehormatan,” tegas Haedar di hadapan civitas akademika UMP.

BACA JUGA:Di Hadapan Publik, Prabowo Sanjung Muhammadiyah Sebagai Contoh Toleransi dan Kehidupan Inklusif

BACA JUGA:DPR Tolak Putusan MK tentang UU Pilkada, Muhammadiyah Beri Pesan Menohok, Bilang Begini!

Belum Ada SK, Tapi Perintah Tegas

Meski belum diformalkan dalam bentuk surat keputusan resmi, Haedar menegaskan jika arahannya sudah sepatutnya dianggap sebagai instruksi Ketua Umum PP Muhammadiyah.

Tujuannya jelas, yakni menjaga marwah, integritas, dan kredibilitas PTMA di tengah persaingan global.

“Kita harus menjaga kekuatan institusi, bukan ikut tren," ujarnya.

BACA JUGA:Muhammadiyah Bilang Bakal Kelola Tambang Sesuai Ajaran Islam dan Konstitusi, Simak Pernyataan Lengkapnya!

BACA JUGA:Nyusul NU, Muhammadiyah Akhirnya Terima Izin Nambang, Tawaran Menggiurkan?

431 Profesor, Tapi Masih Jauh dari Puncak Dunia

Saat ini, total ada 431 guru besar di seluruh PTMA.

Muhammadiyah Larang Seluruh Kampusnya 'Bagi-bagi" Gelar Profesor Kehormatan, Ada Apa?

Ramadhan Evrin

Ramadhan Evrin


bacakoran.co – keputusan mengejutkan datang dari .

ketua umum pp , haedar nashir secara tegas melarang seluruh perguruan tinggi muhammadiyah dan 'aisyiyah (ptma) memberikan gelar profesor kehormatan kepada siapa pun.

larangan ini disampaikan haedar saat mengukuhkan jebul suroso sebagai guru besar manajemen keperawatan universitas muhammadiyah purwokerto (ump) di auditorium ukhuwah islamiyah, banyumas.

“profesor itu bukan gelar seremonial. itu jabatan akademik yang melekat pada institusi dan profesionalitas. jangan ikut-ikutan membagikan gelar kehormatan,” tegas haedar di hadapan civitas akademika ump.

belum ada sk, tapi perintah tegas

meski belum diformalkan dalam bentuk surat keputusan resmi, haedar menegaskan jika arahannya sudah sepatutnya dianggap sebagai instruksi ketua umum pp muhammadiyah.

tujuannya jelas, yakni menjaga marwah, integritas, dan kredibilitas ptma di tengah persaingan global.

“kita harus menjaga kekuatan institusi, bukan ikut tren," ujarnya.

431 profesor, tapi masih jauh dari puncak dunia

saat ini, total ada 431 guru besar di seluruh ptma.

namun haedar menggarisbawahi, kehadiran profesor bukan sekadar jumlah, melainkan harus memberikan dampak nyata dalam peningkatan mutu dan kontribusi strategis ptma terhadap bangsa dan umat.

“bertambahnya profesor harus seiring dengan peningkatan mutu catur dharma perguruan tinggi,” katanya.

soal fakultas kedokteran dan kualitas kampus

haedar pun mengungkap jika kini sudah ada 20 ptma yang memiliki fakultas kedokteran, dengan 14 di antaranya berakreditasi unggul.

sisanya, meski belum unggul, masih diberi ruang berkembang, terutama kampus-kampus di luar jawa.

namun ia mengingatkan, kualitas institusi tak cukup hanya mengandalkan akreditasi.

diperlukan juga lompatan dalam kualitas intelektual, inovasi, dan kontribusi ke masyarakat.

tantangan nyata: ptma masih tertinggal di kancah global

haedar menyentil kenyataan pahit bahwa: tak satu pun ptma berhasil masuk 200 besar universitas dunia.

bahkan universitas papan atas nasional seperti universitas indonesia hanya bertengger di peringkat 206.

sementara negara tetangga seperti malaysia dan singapura telah menempatkan beberapa kampusnya di posisi bergengsi dunia.

universiti malaya di posisi 65, universiti putra malaysia di 158, dan universiti kebangsaan malaysia di 159.

lebih jauh, ia menyebut timur tengah, brasil, dan meksiko juga mulai merangsek ke daftar 200 besar.

“kalau kita merasa besar di dalam negeri, tapi tak terdengar di kancah dunia, itu artinya kita tertinggal. kita harus kerja keras!” seru haedar.

gelar profesor bukan hadiah atau penghormatan politik, melainkan bukti dedikasi akademik sejati.

Tag
Share