bacakoran.co - sebuah mengejutkan kembali terjadi di dunia pendidikan dokter spesialis atau ppds.
kali ini seorang mahasiswa ppds anestesi bernama priguna anugerah pratama pelaku rudapaksa seorang perempuan inisial fh (21) keluarga pasien di rumah sakit hasan sadikin, bandung, jawa barat.
menurut laporan, pada pertengahan maret 2025, priguna anugerah pratama diduga melakukan aksinya di salah satu ruangan di lantai 7 rumah sakit tersebut.
pelaku awalnya membius korban terlebih dahulu menggunakan obat bius yang diduga bernama mida zolam.
modus yang digunakan priguna anugerah pratama adalah meminta korban untuk melakukan pemeriksaan cross match atau kecocokan golongan darah.
saat itu ayah korban sedang dirawat dan membutuhkan donor darah.
dalam pemeriksaan tersebut darah korban dibius hingga tak sadarkan diri selama beberapa jam.
ketika korban sadar, dia tidak hanya merasa sakit di tangan bekas infus, tetapi juga di organ vitalnya.
korban pun segera melakukan visum dan ditemukan bekas cairan sperma di kemaluannya.
pihak keluarga korban segera melaporkan kejadian ini ke polda jawa barat.
berdasarkan penyelidikan, pelaku pap telah ditahan di polda jawa barat sejak 23 maret 2025.
polisi juga telah memeriksa korban dan sejumlah saksi mata serta mengumpulkan barang bukti dalam kasus ini.
"kasus ini telah dikumpulkan penyidik, kemudian kita tetapkan tersangka saudara priguna anugerah pratama (pap)," ujar kombes hendra rochmawan kabid humas polda jawa barat dikutip youtube kanal harian kompas.
pihak universitas pajajaran juga telah mengambil tindakan tegas.
rektor unpad, arif s kartasasmita, menyatakan bahwa pap sudah tidak tercatat sebagai mahasiswa dan tidak lagi bisa beraktivitas di kampus maupun di rumah sakit.
"bersangkutan yang melakukan tindakan tersebut akan kami kenakan pemutusan studi sehingga tidak tercatat sebagai mahasiswa unpad," kata arif.
pihak kampus akan melakukan pengawasan lebih ketat di lingkungan pendidikan, baik di tingkat spesialis maupun non-spesialis, agar kejadian serupa tidak terulang.
sayangnya, kasus ini bukanlah satu-satunya masalah yang membelit dunia ppds.
berdasarkan screening terhadap 12.121 mahasiswa ppds pada maret 2024 ditemukan bahwa 22,4% mahasiswa ppds di rumah sakit vertikal (di bawah kementerian kesehatan) mengalami gejala depresi.
hal ini menunjukkan bahwa masih banyak celah dan kurangnya pengawasan di lingkungan pendidikan dokter spesialis.
pelaku yang rudapaksa pendamping pasien di rs hasan sadikin bandung, diduga memiliki kelainan seksual
priguna anugerah pratama selaku pelaku yang diduga yang rudapaksa pendamping pasien diindikasikan punya kelainan seksual.
ia diketuai adalah dokter program pendidikan dokter spesialis (ppds) fakultas kedokteran universitas padjajaran berusia 31 tahun.
"dari pemeriksaan beberapa hari ini memang kecenderungan pelaku ini mengalami sedikit kelainan dari segi seksual ya," kata direktur reserse kriminal umum polda jabar komisaris besar polisi surawan saat merilis pengungkapan kasus tersebut di bandung, dilansir bacakoran.co dari antara, rabu (9/4/2024).
surawan menyebutkan bahwa penyidik akan memperkuat temuan tersebut dengan melaksanakan pemeriksaan psikologi forensik.
"begitu juga dengan hasil pemeriksaan dari pelaku ini, nanti kita akan perkuat dengan pemeriksaan dari psikologi forensik, ahli psikologi untuk tambahan pemeriksaan," katanya.
pada hasil penyelidikan penyidik juga menemukan sisa sperma di tubuh korban serta alat kontrasepsi yang digunakan pelaku.
kemudian untuk saat ini sampel tersebut telah dibekukan dan akan diuji melalui tes dna untuk memastikan kecocokannya.
"akan diuji lewat dna, kan kita harus uji. dari yang ada di kemaluan korban, kemudian keseluruhan uji dna pelaku dan juga yang ada di kontrasepsi itu, sesuai dna sperma pelaku," katanya.
sebelumnya kasus mengejutkan datang dari dunia medis! seorang anestesi dari program pendidikan dokter spesialis (ppds) fakultas kedokteran universitas padjadjaran (fk unpad) resmi ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan di rumah sakit hasan sadikin (rshs) bandung.
mirisnya, merupakan tenaga medis yang seharusnya memberikan rasa aman di lingkungan rumah sakit.
kabar ini dikonfirmasi langsung oleh pihak kepolisian daerah jawa barat (polda jabar).
kombes surawan selaku direktur reserse kriminal umum (dirreskrimum) polda jabar membenarkan bahwa pihaknya sedang menangani ini secara serius.
"iya, kita tangani kasusnya," ujar surawan saat dihubungi melalui pesan singkat, dilansir dari detikjabar rabu (9/4/2025).
surawan juga menambahkan bahwa pelaku sudah resmi ditahan sejak 23 maret 2025 lalu.
penahanan ini dilakukan setelah polisi menemukan cukup bukti untuk menetapkan status tersangka terhadap dokter muda tersebut.
kasus ini tentu saja mendapat sorotan luas dari publik, apalagi karena melibatkan nama besar unpad dan terjadi di lingkungan rumah sakit.
menanggapi kejadian ini, dekan fakultas kedokteran unpad, prof. yudi hidayat, menyampaikan kecaman keras terhadap aksi pelaku.
"unpad dan rshs mengecam keras segala bentuk kekerasan, termasuk kekerasan seksual, yang terjadi di lingkungan pelayanan kesehatan dan akademik," ungkap yudi dalam pernyataan tertulis.
tak hanya memberikan pernyataan, pihak unpad juga langsung mengambil tindakan tegas dengan memberhentikan pelaku dari program ppds.
ini menunjukkan bahwa institusi tidak main-main dalam menyikapi kasus yang sangat serius ini.
yudi juga menegaskan bahwa unpad dan rshs akan terus mengawal proses hukum terhadap pelaku hingga tuntas.
"kami berkomitmen mengawal proses ini dengan tegas, adil, dan transparan. kami ingin memastikan bahwa keadilan ditegakkan untuk korban dan keluarganya, serta menciptakan lingkungan yang aman bagi semua pihak," tegasnya.
dunia kedokteran kembali mengguncang jagat maya dengan kasus baru yang mengundang kemarahan publik lantaran dokter anestesi diduga melakukan tindakan asusila terhadap penunggu pasien.
informasi ini beredar di media sosial ketika salah satu akun x @txtdarijaspu*** mengunggah foto tangkapan layar sepotong chat dari seseorang yang melaporkan kejadian pemerkosaan di sebuah rumah sakit.
"assalamualaikum dok, izin saya mendapat informasi bahwa ada 2 residen anestesi ppds fk ***** melakukan pemerkosaan kepada penunggu pasien dengan menggunakan obat bius. (terdapat bukti cctv lengkap) keluarga pasien menuntut secara hukum kepada 2 residen dan ***," ungkap chat yang berada di lampiran tangkapan layar itu.
"ini beneran? ada yang punya info detailnya?" tulis akun x @txtdarijaspu***.
kemudian, kasus ini juga semakin meluas melalui instagram oleh akun @ppdsgramm yang menyebutkan bahwa hanya ada satu residen yang menjadi pelaku pemerkosaan tersebut.
akun tersebut juga membagikan gambar berupa tangkapan layar potongan chat dari seseorang anonim yang menceritakan kronologi terjadinya peristiwa asusila itu.
"buat yang pengen tau kronologinya," tulis akun @ppdsgramm dalam unggahannya.
dalam unggahan instagram @ppdsgramm, sang anonim bercerita bahwa ada seorang bapak yang merupakan pasien di sebuah rumah sakit di rawat di icu dan ditunggu oleh puterinya.
pasien itu memerlukan tambahan darah lantaran pre operasi, maka dari itu sang anak ditawarkan untuk cross match oleh pelaku agar proses penambahan darah bisa dilakukan secepatnya.
lantas, korban dibawa oleh pelaku ke lantai 7 rumah sakit tersebut yang masih kosong, di sana korban disuruh mengganti pakaian dengan pakaian pasien, serta dipasang akses iv.
setelah itu, pelaku diduga memberikan korban obat midazolam, yakni obat golongan benzodiazepin yang diberikan sebelum operasi, untuk mengatasi rasa cemas, membuat pikiran dan tubuh menjadi rileks, serta menimbulkan rasa kantuk dan tidak sadarkan diri.
kejadian ini terjadi sekitar jam 4-5 paggi dan berhasil terekam cctv rumah sakit yang memperlihatkan pelaku menunggu pasiennya sadar hingga jam 4 pagi karena dalam rekaman itu ia nampak mondar-mandir di lorong lantai 7.
selang beberapa saat, di jam yang sama, korban juga terlihat berjalan di lorong lantai 7 dengan kondisi lemas dan agak sempoyongan.
usai cross match selesai, korban mengeluhkan sakit yang tidak hanya di bagian tangan bekas akses iv, melainkan juga di kemaluannya.
lalu, si korban diminta untuk melakukan visum ke spog hingga terungkap bahwa ada bekas sisa sperma.
hal ini juga dilakukan pemeriksaan di area lantai 7 rumah sakit tersebut yang juga ditemukan bekas sperma bercecern di lantai.
kejadian ini lantas membuat heboh netizen yang berlomba-lomba mengecam tindakan si dokter residen anestesi tersebut.
"kalau gini caranya sumpah dokter bisa bisa diragukan, dampaknya bisa banyak pasien cewe yang nggak percaya ditanganin sama dokter cowo apalagi di spog, bisa bisa makin trust issue," komentar salah satu akun x di postingan terkait.
"memasuki era oknum dokter tapi kalau dikumpulin bisa bikin rumah sakit," komentar akun x lainnya.
berdasarkan informasi yang beredar, kini pelaku telah diproses secara hukum dan dikeluarkan dari program pendidikan kedokteran.
"halo min, cuma ingin menyampaikan, yang melakukan cuma 1 residen yaa, bukan 2. sudah diproses kepolisian juga dan diproses untuk dikeluarkan dari pendidikan. jadi tolong diralat yaa, bukan 2 tapi cuma 1. makasihhh," ucap seorang anonim di akun @ppdsgramm.
"oh iya lupa menginfokan, orangnya juga udah di penjara ya min," sambungnya.