Sejak awal, program ini membawa semangat bahwa integrasi tenaga pendidik asing bukan hanya mungkin, tetapi juga sangat dibutuhkan.
Menurut Elshof, banyak guru imigran memiliki kualitas akademik tinggi dan dedikasi luar biasa, namun terhambat birokrasi yang berbelit.
Padahal, di sisi lain, Jerman sangat membutuhkan mereka.
“Jerman tidak boleh menyia-nyiakan potensi seperti ini. Mereka adalah guru sejati yang mencurahkan hati dan jiwa untuk pendidikan,” tegasnya.
Studi dari Universitas Potsdam menunjukkan hasil positif: peserta program merasa lebih percaya diri, kemampuan bahasa Jerman meningkat signifikan, dan mayoritas ingin mengajar di Jerman dalam jangka panjang.
Bahkan, sebagian besar merekomendasikan program ini kepada imigran lain yang memiliki latar belakang serupa.
Meski terbukti efektif, program Lehrkräfte PLUS menghadapi tantangan serius dalam hal pendanaan.
Saat ini, pendanaan hanya dijamin hingga akhir 2027. Padahal, minat sangat tinggi.
BACA JUGA:420 PNS Prabumulih Terima Penghargaan Satyalencana Karya Satya
Untuk angkatan Agustus 2026, sudah ada lebih dari 50 pendaftar, sementara kuota terbatas.
Situasi ini diperparah dengan berakhirnya program nasional lain seperti Refugee Teachers Program yang diluncurkan pada 2016 dan kini sudah dihentikan.
Keberhasilan program ini juga tercermin dari kisah Natalia Zemlianskaia, guru asal Ukraina.
Setelah lebih dari 20 tahun mengajar bahasa Inggris di Odesa, ia harus mengungsi ke Jerman pada 2022.
Berkat Lehrkräfte PLUS, ia magang di sekolah kejuruan Bonn dan kini resmi mengajar bahasa Inggris serta bahasa Jerman untuk siswa dari berbagai negara.