BACA JUGA:Ketar-ketir, Anak Netanyahu Ternyata Ganti Nama dengan Alasan Takut Ditikam
Gelombang Ekuator Aktif, seperti Rossby Ekuator dan gelombang Kelvin, memperkuat pembentukan awan hujan.
Suhu Laut Masih Hangat, di mana lautan Indonesia jadi ‘pemasok uap air’ yang menyuburkan awan hujan.
Udara yang lembab tinggi jadi bahan bakar utama hujan lebat terus-menerus.
BMKG: Waspada Hujan Deras, Petir, dan Gelombang Tinggi
BACA JUGA:Lagi, Alex Noerdin Kembali Menjadi Tersangka, Kini Terjerat Kasus Korupsi Pasar Cinde!
Meski secara kalender kita sudah masuk musim kemarau, BMKG mengingatkan masyarakat untuk tetap siaga terhadap potensi cuaca ekstrem.
Cuaca masih sangat dinamis, dan risiko seperti hujan lebat, kilat, angin kencang, hingga gelombang laut tinggi masih bisa terjadi sewaktu-waktu.
“Ini kemarau yang beda dari biasanya. Jangan lengah, cuaca bisa berubah drastis kapan saja,” tegas BMKG dalam pernyataannya.
Siklon Tropis dan Sirkulasi Atmosfer Turut Berperan
BACA JUGA:Gila, Politikus Israel Cap Anak-anak Gaza adalah Musuh, Begini Pernyataannya!
Sebagai tambahan, BMKG juga mencatat keberadaan bibit siklon tropis 98W di sekitar Pulau Luzon.
Walau tidak berdampak langsung ke Indonesia, angin kencang dari sistem ini ikut mengacaukan kestabilan atmosfer kawasan Asia Tenggara.
Selain itu, sirkulasi siklonik di Samudra Hindia dan Pasifik utara Papua Nugini juga membentuk zona konvergensi dan konfluensi.
Kondisi ini menciptakan jalur hujan deras di berbagai wilayah laut dan daratan di Indonesia.