BACAKORAN.CO - Puluhan warga Israel menggelar aksi protes besar-besaran di Yerusalem pada Sabtu malam.
Menentang kesepakatan gencatan senjata yang telah disepakati dengan Hamas di Gaza.
Para pengunjuk rasa menilai kesepakatan tersebut sebagai bentuk pengkhianatan terhadap para tentara Israel yang gugur selama konflik.
Dalam aksi tersebut, para demonstran membawa peti mati kosong yang diselimuti bendera Israel sebagai simbol protes mereka.
Mereka juga menyerukan agar Perdana Menteri Benjamin Netanyahu segera mengundurkan diri.
Dan meminta agar operasi militer terhadap Hamas dilanjutkan hingga kemenangan penuh tercapai.
Yehoshua, seorang demonstran yang anaknya tewas dalam pertempuran pada 7 Oktober lalu, dengan lantang mengkritik keputusan gencatan senjata ini.
Ia juga mendesak Presiden Amerika Serikat terpilih, Donald Trump, untuk membatalkan perjanjian tersebut.
“Penghentian perang ini tidak menghormati pengorbanan tentara kami. Kami ingin kemenangan total, bukan gencatan senjata,” ujar Yehoshua dengan penuh emosi.
Kesepakatan gencatan senjata ini merupakan hasil negosiasi intensif yang dimediasi oleh pemerintahan Presiden Joe Biden, di akhir masa jabatannya, serta Presiden terpilih Donald Trump.
Fase pertama gencatan senjata dijadwalkan berlangsung selama 42 hari dengan agenda negosiasi tahap kedua yang direncanakan dimulai dua minggu setelahnya.
Sebagai bagian dari perjanjian ini, 33 sandera yang ditahan oleh Hamas di Gaza akan dibebaskan dalam waktu enam minggu, dengan imbalan pembebasan 737 tahanan Palestina dari penjara Israel.
BACA JUGA:737 Tahanan Palestina Dibebaskan Israel, Zakaria Zubeidi & Khalida Jarar Masuk Daftar Pembebasan